Powered by Blogger.
Selamat datang di Mauqi' Hanifa Muslima berikut adalah artikel terbaru kami

Monday, March 16, 2015

Keesaan Allah Ta'ala - Syeikh Abdurrazzaq al-Badr [Download]

0 comments
Tidak akan diterima suatu amalan yang diterima kecuali didasari karena ketauhidan. Begitu pentingnya Tauhid maka seharusnya bagi seorang muslim mempelajari hal-hal yang terkait dengan Ketauhidan (Ke-Esa-an Allah).

Tabligh Akbar Syeikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr yang diselenggarakan di Masjid Istiqlal, 15 Maret 2015 ini dapat pula didengarkan kembali dengan mendownload file berikut:


[read more..]

Monday, November 17, 2014

Kritik Ilmiyah Terhadap Pemikiran Quraish Shihab

0 comments
Telah kita bahas beberapa contoh ketimpangan pandangan Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam masalah aqidah dan fikih, pada edisi ini pembahasan akan kita lanjutkan dengan beberapa contoh ketimpangan pemikirannya dalam masalah hadits.

Dan perlu diingat kembali bahwa maksud tulisan ini bukan untuk membuka aib atau menjelek-jelekkan orang lain, melainkan sebagai penjelasan agama kepada umat dan bentuk nasihat bagi umat Islam di mana pun berada. Sebab, kita tidak boleh membiarkan kesalahan-kesalahan tanpa usaha untuk meluruskannya.

Semoga Allah menjadikan tulisan ini ikhlas murni hanya mengharapkan wajah Allah dan bermanfaat bagi hamba-hamba Allah. Amin.
-----
Dr. Muhammad Quraish Shihab terjatuh dalam ketimpangan seputar hadits Nabi. Dia menolak hadits-hadits yang shahih, meshahihkan hadits-hadits lemah dan palsu, serta banyak memahami hadits dengan akal dan pemahaman ahli kalam dan filsafat.

Baiklah, agar bantahan ini ilmiah, bukan omong kosong belaka, maka kami akan memberikan beberapa contoh fakta tentang apa yang kami sampaikan di atas:

A. Menolak hadits yang shahih
1. Menolak hadits "Di mana Allah"

Dr. M. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya Membumikan Al-Qur'an hlm. 371-372 terbitan
Al-Mizan, Bandung pada judul "Selamat Natal Menurut Al-Qur'an!!!":
Nabi SAW sering menguji pemahaman urnat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun bertanya "Di mana Tuhan?". Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi itu karena is menimbulkan kesan keberadaan tuhan pada satu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi SAW...

Jawaban: 
Hadits yang dimaksud adalah shahih, diriwayatkan oleh banyak para ulama ahli hadits dalam kitab-kitab mereka, dan dishahihkan oleh sejumlah pakar hadits tanpa mempermasalahkannya dengan syubhat seperti di atas. Berikut ini perinciannya:

a. Takhrij hadits
Hadits ini memiliki beberapa jalur:

1) Jalur al-Imam Malik
Hal ini sebagaimana riwayat beliau sendiri dalam al-Muwaththa' (2/772/No. 8), al-Imam asy-Syafi'i dalam ar-Risalah (No. 242 — tahqiq asy-Syaikh Ahmad Syakir), an-Nasa'i dalam Sunan Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf (8/427) oleh alMizzi, Utsman ibn Sa'id ad-Darimi dalam ar-Radd 'ala Jahmiyyah (No. 62), Ibnu Khuzaimah dalam Kitab Tauhid (hlm. 132 — tahqiq asy-Syaikh Khalil Haras), al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (10/98/No. 19984), al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (9/246/ No. 2365), Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid (9/6970) dan al-Ashbahani dalam al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah (2/102/No. 57).

2) Jalur Yahya ibn Abi Katsir
Sepanjang penelitian saya, ada empat orang yang meriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir. Berikut perinciannya:
a) Hajjaj ibn Abu Utsman ash-Shawwaf
Diriwayatkan al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya (5/448), al-Bukhari dalam Juz'ul Qira'ah (him. 70), Abu Dawud (No. 931 dan 3282), an-Nasa'i dalam Sunan Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf (8/427), Ibnu Khuzaimah dalam Kitab Tauhid (hlm. 132), al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (3/237-239/ No. 726) dan ath-Thabrani dalam al-Mu Jamul Kabir (19/398/No. 9 dari Yahya ibn Sa'id al-Qhaththan dari Hajjaj dengannya.
Dan diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam alMushannaf (6/162/No. 30333) dan al-Iman (84), Muslim dalam Shahih-nya (No. 537), Ahmad (5/447), Abu Dawud (No. 931), Ibnu Hibban (165), Utsman ibn Sa'id ad-Darimi dalam ar-Radd 'ala Jahmiyyah (No. 61), Ibnu Abi Ashim dalam asSunnah (490), dan Ibnu Jarud dalam al-Muntaqa (No. 212 — Ghautsul Makdud oleh al-Huwaini) dari Isma'il ibn Ibrahim (ibn 'Ulayyah) dari Hajjaj dengannya.
b) Al-Auza'i
Diriwayatkan al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (537), Abu Awanah dalam al-Mustakhraj (2/141), an-Nasa'i dalam Sunan Sughra (3/14-18/No. 1216), Ibnu Khuzaimah dalam Kitab Tauhid (hlm. 121), athThabrani dalam al-Mu Jamul Kabir (19/398/No. 937), al-Baihaqi dalam as-Sunan Kubra (10/98/19984) dan al-Asma' wash Shifat (2/326/890-891), ath-Thahawi dalam Syarh Musykil Atsar (13/367), Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid (9/71) dan al-Ashbahani dalam al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah (2/100/No. 69).
c) Aban ibn Yazid al-Aththar
Diriwayatkan Abu Awanah dalam al-Mustakhraj 'ala Shahih Muslim (2/1141), ath-Thayyalisi dalam Musnad-nya (1105), Ahmad dalam Musnad-nya (5/448), Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (489), Utsman ibn Sa'id ad-Darimi dalam ar-Radd 'ala Jahmiyyah (No. 60) dan Naqdh 'alal Marisi (122), athThabrani dalam al-Mu'jamul Kabir (939), al-Baihaqi dalam al-Asma' wash Shifat (2/326/890-891), dan al-Lalika'i dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahli Sunnah (3/434 435/No. 652).
d) Hammam ibn Yahya
Diriwayatkan Ahmad ibn Hanbal dalam Musnadnya (5/448).
Hadits ini juga memiliki syawahid (penguat) dari Sahabat Abu Hurairah, Abu Juhaifah, Ibnu Abbas, Ukkasyah al-Ghanawi, dan Abdurrahman ibn Hathib — radhiyallahu 'anhum —secara mursal.[2]

b. Komentar para ulama ahli hadits
Hadits ini disepakati keabsahannya oleh seluruh ulama kaum muslimin. Berikut ini sebagian komentar mereka:

1) Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata, "Hadits ini disepakati keabsahannya oleh para ulama muslimin semenjak dahulu hingga sekarang dan dijadikan hujjah oleh imam-imam besar seperti Malik, asy-Syafi'i, Ahmad, dan lainnya. Dan dishahihkan oleh Muslim, Abu Awanah, Ibnu Jarud, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan orang-orang... (dapatkan kajian selengkapnya pada majalah al-Furqon: Edisi 153)

oleh: Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

[2] Lihat as-Sunnah Ibnu Abi Ashim (hlm. 226-227—Zhilalul Jannah al-Albani—) atau (1/344— tahqiq Dr. Basim al-Jawabirah —) dan Silsilah Ahadits ash-Shahihah No. 3161 oleh asr Syaikh al-Albani.



[read more..]

Wednesday, October 29, 2014

Meneruskan Lebih Mudah dari Memulai

0 comments

Ulama menyebut kaidah ini dengan lafadz:

يغتفر في البقاء مالا يغتفر في الإبتداء

Artinya: "Dimaafkan dan dipermudah jika hanya meneruskan sesuatu, tapi tidak dipermudah kalau memulainya."

Maknanya bahwa dalam banyak hukum bisa jadi sesuatu itu terlarang untuk dikerjakan, namun jika sudah terjadi maka boleh untuk diteruskan dan dilangsungkan. Karena sekedar meneruskan itu lebih mudah daripada memulainya pertama kali.


sumber: majalah al-furqon edisi 5 tahun ke-14
[read more..]

Tuesday, October 28, 2014

Model Pakaian Salafy

0 comments
Tentang pakaian, jika diperhatikan ada yang menempati sisi syar'i semata, tanpa adat, seperti; larangan isbal, juga larangan memakai sutera, misalnya. Ada juga yang menempati sisi adat yang turut jadi perhatian syariat, seperti; jenis pakaian, mode, dan gaya mengenakannya, dengan syarat tidak melanggar hukum-hukum syara' dalam hal ini.

Satu hal yang diutarakan ahli ilmu agar diperhatikan, adat yang berlaku dalam masalah pakaian adalah tentang model pakaian daerah yang seseorang berada disana. Maksudnya, wajib bagi setiap muslim memperhatikan adat pakaian daerahnya, yang tidak ada pelanggaran padanya. Bukan semata pertimbangan adat, tetapi untuk maksud syar'i yang agung, yaitu mnghindari kemegahan (syuhrah) dan tampil beda dari keumuman orang-orang. Sehingga ia tidak dicap orang lain/asing dan bisa jadi sebab bahan pembicaraan orang dan cibiran, yang dengan ini ia justeru turut membuat orang berdosa karena ghibah.

Karena inilah, ulama mengingkari orang yang pakaiannya berbeda dari keumuman penduduk daerahnya.

Imam Ahmad pernah mengingkari seseorang yang mngenakan pakaian bergaris-garis putih hitam, kata beliau "lepas ini, dan pakailah pakaian penduduk daerahmu!, bukan karena haram, tetapi andaikata engkau di Mekah atau Madinah maka Aku tak akan menegurmu."

..Jadi ini menunjukkan makruhnya seseorang menyelisihi pakaian adat penduduk daerahnya.

Ibnu Batthal berkata, yang sebaiknya bagi seseorg ialah berpakaian sesuai dengan adat penduduk daerahnya di masanya, selama tidak ada unsur dosa, sebab membeda dari pakaian keumuman orang termasuk bagian dari kemegahan."

Ibnu Abdilbarr berkata, makanlah makanan yang kau suka, dan pakailah pakaian yang menjadi keumuman orang."

(Diterjemahkan bebas dari makalah Syaikh Saleh Fauzan di: http://al-fuzan.net/?alfawzan_articles=96.

Lebih detil silahkan merujuk pd kitab 'Libasul Rijal, Ahkamuhu wa Dhawabituhu', sebuah tesis doktoral Syaikh Nashir bin Muhammad al-Ghamidi.

Ayoo.. membiasakan pakai koko, batik, dan kemeja dengan setelan bawah yang longgar!

Identitas salafy bukan dari pakaiannya.
[read more..]

Saturday, May 24, 2014

Iman di Sisi Ahlis Sunnah wal Jama’ah

0 comments

 الحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وصحبه و من اهتدى بهداه, أما بعده
Menjawab permintaan dari sebagian saudara-saudara saya penuntut ilmu, yaitu agar supaya menjelaskan tentang permasalahan iman yang sesuai dengan akidah ahlis sunnah wal jama’ah, maka dengan ini saya ringkaskan permasalahan tersebut dengan harapan lebih mudah difahami oleh setiap muslim dan muslimah yang membacanya. Dan demi terjaganya nilai ilmiyah dari ringkasan ini, turut saya nukilkan beberapa pandangan ulama ahlis sunnah di dalam permasalahan ini. 

Adapun pandangan ahlis sunnah wal jama’ah tentang permasalahan iman, bahwa:
- Pembicaraan mengenai apa itu iman adalah perkara yang murni berdasarkan kepada dalil syar’i yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sahih, dan tidak ada peluang ijtihad ataupun akal membicarakannya. Dan berdasarkan dalil-dalil syar’i melalui keterangan para ulama ahlis sunnah dari masa dahulu hingga kini bahwa;

- Iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan amalan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah ketiga unsur iman dalam definisi ahlis sunnah wal jama’ah. Dari definisi ini, maka;
[read more..]

Friday, May 2, 2014

Nasehat untuk Saudaraku Ahlissunnah 2

0 comments

REKOMENDASI SYAIKH SHALEH FAUZAN TERHADAP MEDIA DAKWAH RODJA

Pada lampiran ini pembaca akan melihat fatwa sekaligus rekom dari syaikh Shaleh Fauzan hafizhahullah terhadap masalah yang tengah diperselisihkan ini. Rekom ini semakin berbobot karena:

  • Berasal dari salah seorang masyaikh yang telah diakui dan diredhai oleh umat dan kebanyakan ulama ahlis sunnah akan keimamahan beliau. Dimana dalam bidang fatwa-fatwa yang penting menyangkut keumatan telah mendapat rekomendasi dari dua imam yang mulia syaikh Ibnu Bazz dan syaikh al-Utsaimin rahimahumullah. 
  • Fatwa sekaligus rekom ini berasal dari kedua belah pihak yang tengah berselisih, yaitu mereka yang pro dan kontra terhadap media ini. 

1. Pihak loyalis Rodja:
(Fatwa ini berasal dari pertanyaan salah seorang ustadz dan penuntut ilmu yang masih menyelesaikan studinya di Madinah hafizhahullah, selanjutnya saya sebut penanya. Fatwa saya kutip dari: www.informasikajian.blogspot.com/2013/02/ada-apa-dengan-radio-rodja-tv.html dan dapat didengarkan di dari situs ini juga. Berikut petikan dialog yang berlangsung antara syaikh Shaleh Fauzan dan ustadz yang dimaksud. Di sini sengaja saya nukil secara lengkap mengingat pentingnya masalah ini diketahui sepenuhnya oleh pembaca:

السائل: سؤال يتعلق بأندونيسيا. الحمد لله عندنا الآن قناتان تلفيزيونية على السنة قبل سنة تقريبا يشارك فيها الشيخ عبد الرزاق شيخي الشيخ العباد البدر, يلقى فيها كل الأسبوع مرتين.|الشيخ: يروح إلى أندونيسيا؟ |السائل: الشيخ عبد الرزاق ذهب إلى أندونيسيا مرتين. و كنت مترجما له في المرة الأولى. اجتمع تقريبا مائة ألف من الحاضرين. وللمرة الثانية مائة و ثلاثين ألف وهذا أكبر تجمع في هذا المسجد له خمسة أدوار يدل على الكثرة. والناس الآن يعرف السنة والحمد لله والقناة لها دور كبير. وترجمنا أيضا فتاواكم وفتاوى الشيخ ابن باز والشيخ العثيمين رحمهم الله. ولكن الإشكال عندنا تعرف أن الإخوة كما حصل في كل مكان ينقسم إلى قسمين, بعضهم يحذر من القناة.
الشيخ: مصيبة هذه.
السائل: فيه من يتكلم في نفس القناة وفيه من يتكلم في الدعاة اللذين يخرجون في القناة مع أن قلنا فيه الشيخ عبد الرزاق والشيخ إبراهيم الرحيلي أيضا يشارك أحيانا. |الشيخ: إبراهيم بن عامر؟ |السائل: نعم أحيانا يشارك. المشكلة واحد من إخواننا يتكلم في القناة وهو مشهور بأنه من طلابك الشيخ.
الشيخ: من هو؟ |السائل: هو اسمه ذوالقرنين. |الشيخ: معروف. |السائل: هو رجل ما شاء الله عنده علم.
الشيخ: رجل طيب.
السائل: لكنه يتكلم في القناة ويحذر من مشاهدة القناة. نحن الآن ما نأخذ الدعم من أي جمعية ما نأخذ من جمعية إحياء التراث ولا نأخذ من السعودية, المحسنين من أندونيسيا.
الشيخ: تعاونوا مع ذي القرنين. هو رجل طيب وإن كان كما تقول أنه متشدد شوي. |السائل: نحن ما نحذر منه.
السائل الآخر: القضية ليست معه. المسئلة هل يجوز مثلا خروج الداعية في القنوات؟ وتأسيس القناة الإسلامية تنشرالإسلام؟ |الشيخ: ما معنا وسيلة غيرها. |السائل الآخر: يستفاد منها؟
الشيخ: أي نعم يستفاد منها.
السائل: هذا الشيخ ما نفعل بزميلنا هذا؟ |الشيخ: اصلحوه واستصلحوا و تألفوا
السائل الآخر: بينوا له يكلم الشيخ صالح في الموضوع مثلا. |الشيخ: يكتب لى يكتب لي وأنا أرد عليه.
السائل: مسئلة جمعية إحياء التراث وإنما إلى الآن سبب الخلاف بين الإخوة, مسئلة جمعية التراث بالكويت.
الشيخ: بالكويت إيش فيها. |السائل: فيه ناس قليل تعاونوا مع هذه الجمعية أخذوا المساعدة من الجمعية لكن غالبنا ما يأخذون. المشكلة ذو القرنين وأصحابه يحذرون من الجمعية ويبدعون الجمعية.
الشيخ: أي جمعية؟ |السائل: جمعية إحياء التراث بالكويت.| الشيخ: الذي يساعدكم خذوا مساعدته وانتفعوا به.
السائل: المشكلة الذي لا يتكلمون في الجمعية أيضا يبدعون.
الشيخ: الرسول صلى الله عليه وسلم يقبل الهدايا من الكفار و قبل من المقوقس يقبل يقبل الهدية, الذي يعينكم خذوا.
السائل: سيقولون يشترطون كذا يوجهون في الدعوة. |الشيخ: على كل حال تعاونوا, يقضى على قضية الإنقسام يقضى عليه. |السائل: يعني أكلم الشيخ ذو القرنين يراسلك؟ |الشيخ: نعم. |السائل: الله يبارك فيك.

Terjemah:
Penanya: Pertanyaan berkaitan dengan (masalah) di Indonesia. Alhamdulillah kami sekarang memiliki dua stasiun televisi di atas sunnah yang berdiri sejak setahun yang lalu. Di sana guru saya, syaikh Abdurrazzaq al-Abbad al-Badr turut berpartisipasi mengisi kajian dua kali dalam seminggu.

Syaikh: Ia datang ke Indonesia?

Penanya: Beliau sudah berkunjung ke Indonesia sudah dua kali. Di kali yang pertama kebetulan saya penerjemahnya. Pada waktu itu yang hadir sekitar seratus ribu orang. Sementara pada kesempatan yang kedua sekitar seratus tiga puluh ribu orang. Dan ini termasuk perkumpulan yang terbesar selama ini. Masjid sendiri (Istiqlal Jakarta) memiliki 5 lantai, yang menunjukkan betapa banyak hadirin waktu itu. Masyarakat sekarang mulai mengenal sunnah walhamdulillah dan stasiun Tv memiliki pengaruh yang cukup besar. Kami juga menerjemahkan fatwa-fatwa anda, fatwa-fatwa syaikh Ibnu Bazz dan juga syaikh al-Utsaimin rahimahumullah. Tetapi masalahnya sebagaimana anda ketahui sekarang di mana tempat ikhwan terkelompok menjadi dua, satu kelompok ini mentahdzir stasiun televisi (kami)?

Syaikh: Musibah ini! 

Penanya: Ada yang secara langsung mempersoalkan Tv, ada pula yang mempersoalkan da’i-da’i yang muncul di Tv, padahal seperti sudah saya katakan tadi bahwa syaikh Abdurrazzaq al-Badr sendiri aktif di Tv ini demikian juga terkadang syaikh Ibrahim ar-Ruhaili juga mengisi acara.

Syaikh: Ibrahim bin Amir?

Penanya: Benar syaikh, tapi sesekali. Masalahnya ada seorang saudara kami mempersoalkan Tv dan ia dikenal sebagai murid Anda.

Syaikh: Siapa dia?

Penanya: Namanya Dzulqarnain. 

Syaikh: Ma’ruf (ia saya kenal).

Penanya: Seorang yang masyaallah berilmu.

Syaikh: Ya seorang yang thayyib (baik).

Penanya: Tapi ia termasuk yang mempersoalkan Tv dan melarang melihat Tv. Padahal kami sekarang tidak mengambil bantuan dari yayasan manapun, tidak dari Ihya Turats maupun dari Saudi. Muhsinin berasal dari orang Indonesia sendiri.

Syaikh: Kerjasamalah bersamanya. Ia seorang yang baik, meskipun seperti yang kamu bilang tadi ia seorang yang agak keras. 

Penanya: Kami nggak pernah mentahdzirnya ya syaikh.

Penanya lain: Masalahnya bukan dia. Tetapi bolehkan misalnya ada seorang da’i yang muncul di Tv? Dan juga mendirikan stasiun Tv Islami yang bertujuan menyebarkan Islam?

Syaikh: Kita tidak ada pilihan lain (selain menggunakan media ini).

Penanya lain: Jadi bolehkah memanfaatkan media Tv? 

Syaikh: Ya, silahkan memanfaatkannya.

Penanya: Lalu bagaimana sikap kami dengan saudara kami tadi?

Syaikh: berdamailah dengannya, adakanlah islah sesama kalian dan saling menyatulah.

Penanya lain: Sampaikan padanya supaya berbicara kepada syaikh Shaleh tentang masalah ini.

Syaikh: Ya, hendaknya ia tulis surat (tentang rodja) nanti biar aku beri jawabannya.

Penanya: Masalah yayasan Ihya Turats sampai sekarang jadi biang perselisihan sesama ikhwah.

Syaikh: Maksudnya yang di Kuwait?

Penanya: (Ya benar), ada beberapa orang yang menjalin hubungan dengan yayasan tersebut dan mengambil bantuan darinya, tetapi umumnya kami tidak banyak yang mengambilnya. Persoalannya, Dzulqarnain dan teman-temannya mentahdzir yayasan dan membid’ahkannya?

Syaikh: Yayasan yang mana?

Penanya: Yayasan Ihya Turats di Kuwait.

Syaikh: Siapa yang berkenan membantu kalian, ambillah bantuannya dan manfaatkanlah.

Penanya: Soalnya siapa yang nggak mau ikut membicarakan yayasan juga ikut ditahdzir ya syaikh?

Syaikh: Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menerima hadiah dari orang kafir, dari Maquqis misalnya, jadi beliau selalu menerima hadiah, karenanya siapa yang berkenan membantu kalian ambillah bantuannya.

Penanya: Mereka bilang kalau diambil nanti memberi syarat ini itu, dan menyetir kegiatan dakwah?

Syaikh: Saya nggak mau tau itu. Kerjasamalah, yang menimbulkan perpecahan hentikan, yang menimbulkan perpecahan hentikan.

Penanya: Apakah saya harus memberi tau ustadz Dzulqarnain supaya mengirim surat kepadamu? Syaikh: Ya (sampaikan).

Penanya: Semoga Allah memberkahi anda. 

Dialog ini berlangsung pada tanggal 2 Februari 2013 di kantor Bidang Fatwa syaikh Shaleh Fauzan
**

2. Pihak oposisi Rodja
Adapun yang mewakili pihak ini adalah ustadz Dzulqarnain hafizhahullah dari Makassar. Mengenai alasan kenapa saya mengangkat nama beliau sebagai wakil bagi saudara-saudara pihak oposisi sebagai berikut:

- Beliau saya anggap paling ilmiyah dalam argumen dari sekian asatidzah di pihak ini (tanpa merendahkan yang lain) dan termasuk ustadz yang dikenal subyektif dalam menyikapi persoalan fitnah sebagaimana nampak dengan sikap beliau pada saat terjadi tragedi berdarah di Ambon beberapa tahun yang silam.

- Beliau yang secara langsung mengirim surat kepada syaikh Shaleh Fauzan meminta fatwa tentang Rodja ini sebagaimana permintaan syaikh di atas.

Isi surat ustadz Dzulqarnain yang dikirimkan kepada syaikh Shaleh Fauzan dapat dilihat di: www.firanda.com, kategori manhaj). Adapun kesimpulan isi surat yang dapat saya kemukakan di sini bahwa ustadz Dzulqarnain mengutarakan semua unek-uneknya tentang Rodja dan mentahdzir Rodja dengan alasan berikut ini: 

1. Adanya ustadz-ustadz pemateri rodja yang tidak jelas manhajnya ‘menurut’ ustadz Dzulqarnain, yakni terlampau menggampangkan masalah (tasahul) berhubungan dengan orang-orang yang tidak jelas. Di sini tanpa merinci siapa mereka.
2. Hanya mentahdzir orang-orang yang punya hubungan dengan yayasan Ihya Turats yang digunakan untuk menfasilitasi gerakan takfiri, seperti ustadz Abu Nida’ dan Abu Qatadah ‘menurut’ ustadz Dzulqarnain.
3. Yayasan berusaha merusak para da’i di Indonesia, dengan:
  • Mengadakan daurah dengan pemateri masyaikh yang tidak jelas manhajnya yang sepemikiran dengan Salman al-Audah, Abdurrahman Abdul Khaliq, Ali al-Halabi dan selain mereka.
  • Dalam daurah-daurah tersebut disebarkan pemikiran yang menyimpang dan mencemarkan nama baik ulama-ulama sunnah.

4. Ustadz Firanda dituding fanatik membela Ihya Turats dengan bukti buku yang ditulisnya sebagai pembelaan terhadap yayasan tersebut.
5. Tidak murni menempuh manhaj salaf dengan bukti masih menampilkan clip-clip video Muhammad Arifi dan Muhammad Hassaan al-Misri.
6. Ada Pemateri rodja yang punya hubungan dengan yayasan as-Shofwa Jakarta. 
Kemudian ustadz Dzulqarnain meminta pendapat syaikh Shaleh Fauzan untuk mendirikan stasiun televisi sendiri.

Jawaban syaikh Shaleh Fauzan atas surat saudara Dzulqarnain di atas secara ringkas adalah sebagai berikut:
Wassalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh. 
Adapun arahan saya adalah sebagai berikut:
- Hendaknya engkau terus berjalan di atas jalanmu dan jangan memperhatikan kritikan para pengkritik kecuali kritikan yang benar maka ambillah karena kebenaran adalah barang hilangnya seorang mukmin.
- Jangan masuk dalam perselisihan dan pertikaian karena hal itu akan menyibukkan dan merusakkan jalanmu.
- Jangan sibuk mencela orang-orang dan yayasan-yayasan.
- Jawablah syubhat dengan ilmu dan hikmah serta penjelasan, karena engkau tidak punya kekuatan untuk melarang orang-orang yang menyelisihi.

3 Sya’ban 1434/12 Juni 2013
Shaleh Fauzan

Catatan untuk ustadz Dzulqarnain:
  1. Beliau telah keburu mentahdzir rodja sebelum meminta fatwa dan ini termasuk kesalahan fatal. Sebagaimana pembaca ketahui bahwa syaikh Shaleh Fauzan ternyata tidak mengeluarkan fatwa tahdzir untuk rodja meskipun telah ditumpahi ‘keburukan-keburukan’ rodja oleh ustadz Dzulqarnain. Dan justru sebaliknya, ustadz Dzulqarnain terkena sentilan meskipun secara tidak langsung agar tidak suka membicarakan pribadi-pribadi ataupun yayasan-yayasan yang terkadang atau kebanyakannya adalah su’uzhan dan praduga yang belum tentu sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  2. Apa yang dianggap sebagai ‘penyimpangan’ oleh ustadz Dzulqarnain terlihat tidak ditanggapi serius oleh syaikh Shaleh Fauzan. Artinya syaikh melihat bahwa di sana ada hal-hal yang perlu dicek kebenarannya dan ada hal-hal yang sifatnya ijtihadiyah yang perlu bersikap toleransi dan juga hal-hal yang merupakan ketergelinciran ataupun kesalahan yang tidak mungkin manusia ataupun lembaga dapat bersih 100% dari semua kesilapan.
  3. Ustadz Dzulqarnain kurang proporsional di dalam mengajukan fatwa, terlihat keburukan rodja saja yang diutarakan tanpa sedikitpun menyebutkan maslahat yang ditimbulkan yang padahal ini menurut penulis sangat menentukan fatwa, seperti misalnya: 
  • Banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai mengenal tauhid dan sunnah, bertaubat dari syirik dan bid’ah sampai di pelosok-pelosok negeri yang terkadang penulis sendiri tidak dapat membayangkannya hal itu sampai kepada mereka.
  • Tidak sedikit orang-orang yang punya pengaruh di pemerintahan yang kenal dakwah as-sunnah melalui media ini. Dan jika penulis tidak salah menilai, diizinkannya mengadakan daurah rutin di masjid Istiqlal Jakarta juga tidak lepas dari andil salah seorang pejabat atau orang dekatnya yang kenal dakwah yang mubarakah ini.
  • Gencarnya media rodja di dalam menerangkan bahayanya perbuatan syirik, bid’ah, mu’amalah-mu’amalah yang tidak syar’iyah, terorisme, dan juga masalah tazkiyatun nufus.
  • Kesungguhan rodja di dalam mengenalkan dan mendekatkan ulama-ulama sunnah kepada masyarakat awam Indonesia dengan menerjemahkan isi kajian ulama-ulama tadi ke dalam bahasa Indonesia, seperti ditayangkannya kajian masyaikh baik yang sudah meninggal seperti, syaikh al-Imam Ibnu Bazz, syaikh Ibnu Utsaimin, syaikh al-Albani dan selain mereka rahimahumullah. Demikian juga yang masih hidup seperti syaikh Shaleh Fauzan sendiri, syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr, syaikh Abdurrazzaq putera syaikh al-Badr, syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, syaikh Shaleh as-Suhaimi, dan selain mereka hafizhahumullah.
4. Syaikh Shaleh Fauzan tidak merekomendasikan ustadz Dzulqarnain untuk mendirikan stasiun televisi sendiri meskipun menurut pengakuan ustadz ada kemampuan finansial. Ini menunjukkan bahwa syaikh ingin agar kesatuan dijaga dan manusia tidak terpecah belah pemikirannya dan bahwa menyempurnakan yang ma’ruf lebih baik daripada harus memulai baru yang belum tentu lebih kuat maslahatnya, sebagaimana kaedah yang sering diulang oleh syaikh al-Muhaddits al-Albani rahimahullah ta’ala.

Kemudian mengakhiri tulisan ini, sebagaimana penulis tidak berharap pujian dari saudara-saudara loyalis rodja maka apabila dengan ini saya dianggap hizbi atau sururi oleh para saudara anti rodja maka sungguh saya hanya mengharapkan keredhaan Allah pelindung saya dan berharap ampunan-Nya di hari saya berjumpa dengan-Nya nanti.

Dan untuk terakhir kalinya, setelah perjalanan panjang ini akhirnya saya berikan kesempatan pembaca untuk berfikir, kepada siapa anda akan memberikan kepercayaan di dalam masalah ini, Allah ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang agung,

فَٱعۡتَبِرُواْ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَبۡصَـٰرِ 

"Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang berakal". (QS. Al-Hasyr: 2).

والله نسأل أن يوفق للجميع لما يحبه ويرضاه. وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا.

Kuala Simpang, malam 30 Jumadil Akhirah 1435/30 April 2014
Eko Yuwono Abul Hasan

[read more..]

Nasehat untuk Saudaraku Ahlissunnah 1

0 comments

الحمد لله وصلى الله وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اهتدى بهداه إلى يوم الدين. أما بعد

Mengawali risalah ini, saya bawakan kepada pembaca yang budiman firman Allah ta’ala yang menegaskan ikatan persaudaraan setiap mukmin, wajibnya memperbaiki hubungan di antara mereka, dan perintah bertakwa kepada-Nya dalam hal itu, firman-Nya,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat limpahan rahmat". (QS. al-Hujurat: 10).

Kemudian termotivasi dari sebuah hadis Nabi yang agung yang diriwayatkan imam Muslim rahimahullah dalam sahihnya dari shahabat Tamim bin Aus ad-Dary radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"الدين النصيحة", قلنا: لمن؟ قال: "لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم"
"Agama adalah nasehat". Kami bertanya untuk siapa (Ya Rasulullah) ? beliau menjawab, "Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan umumnya mereka."
[read more..]